twitter twitterfacebookgoogle plusemail

Senin, 02 April 2012

Wawancara Dengan Penjaga Makam Nabi Muhammad Saw, Syekh Maulana Said Adam Umar

Syekh Maulana Said Adam Umar sudah lima dasawarsa berkhidmat sebagai pengurus (khadim ) makam Rasulullah SAW dan Masjid Nabawi. Saat ini beliau menjabat sebagai kepala para  khadim . Ketika dijumpai oleh Damanhuri Zuhri dan Ali Rido dari  Republika , beliau sangat gembira. Fisiknya masih bugar, bahkan tampak lebih muda dari usianya yang sesungguhnya, 88 tahun. Pengabdiannya untuk menjaga makam Rasulullah SAW dan masjid Nabawi, merupakan berkah dari Allah SWT. Keikhlasannya mengurusi makam pemimpin umat Islam itu, membawa pria asli Ethiopia ini pada kehidupan yang semakin baik dengan keimanan yang makin mantap. Bagaimana pengalamannya selama mengabdikan diri menjaga makam Nabi? Berikut hasil perbincangan selengkapnya.


Sejak kapan Anda menjadi penjaga makam Rasulullah SAW?
Kurang lebih sudah 51 tahun.

Apa yang mendorong Anda untuk berkhidmat sebagai penjaga makam Rasul?
Sejak kecil selama di Habasyah (Ethiopia), saya dibimbing oleh ulama-ulama, guru-guru yang saleh, serta wali Allah. Mereka mengajarkan Alquran dan sirah (riwayat hidup--Red) Rasulullah SAW. Ketika masih mempelajari sirah Nabi SAW itu, saya sudah berharap memiliki kesempatan ke Masjid Nabawi. Begitu guru saya meninggal dunia, saya sudah berketetapan hati menuju Masjid Nabawi. Akhirnya, kesempatan itu datang, dan langsung saya mengajukan diri ke Kerajaan Saudi sebagai penjaga Makam Rasul dan Masjid Nabawi. Alhamdulillah saya mendapatkan izin.

Bagaimana proses pendaftarannya ketika itu dan apa saja syaratnya?
Ketika itu tidak ada syarat-syarat yang ditetapkan. Siapa pun bisa mengajukan diri ke pihak Kerajaan Saudi. Waktu zaman saya dulu, masih sedikit orang yang mau mengurus makam Rasulullah. Jadi, sangat mudah untuk mendapatkan tugas itu. Berbeda dengan sekarang, sudah banyak sekali aturan.

Berapa jumlah keseluruhan penjaga makam Rasulullah?
Dulu jumlahnya sampai ratusan. Paling sedikit 80 orang. Sekarang hanya tinggal 10 orang dan sebagian besar dari Habasyah. Orang-orang Habasyah ini, sekitar 200 tahun lalu, sudah diberikan tugas secara khusus oleh Kekhalifahan Turki Ustmani untuk menjaga Masjid Nabawi. Adapun kewajiban sepuluh orang itu, di antaranya ada yang bertugas memberikan tongkat kepada khatib ketika shalat Jumat, ada yang bertugas membuka pintu mimbar, dan ada yang bertugas menjaga keharuman masjid.

Jika ada orang Indonesia yang hendak berkhidmat di Masjid Nabawi, apa bisa?
Dulu orang Indonesia atau orang mana saja bisa, asalkan mendapatkan persetujuan dari Kerajaan. Tapi, untuk saat ini sudah tidak bisa. Sebenarnya, siapa pun yang hendak mencari kemuliaan tidak mesti menjadi  khadim (pengabdi) Masjid Nabawi. Kemuliaan bisa didapat dari mana-mana. Kalau mau mengabdikan diri di masjid-masjid di Indonesia pun, insya Allah mendapatkan kemuliaan. Mereka yang hidup untuk masjid, saya yakin kehidupannya akan bertambah bahagia, semua urusannya lancar dan diberikan kesehatan jasmani dan rohani.

Bagaimana Kerajaan Arab Saudi memuliakan para penjaga makam Nabi?
Kerajaan Saudi sangat memuliakan orang yang mengikhlaskan diri untuk agama dan mengabdi untuk Al-Haramain (Makkah dan Madinah--Red). Dari segi materi, kami tidak mengharapkan apa-apa. Tetapi Alhamdulillah, sampai saat ini kebutuhan hidup kami diperhatikan oleh Kerajaan dan kami tidak kekurangan suatu apa pun.

Siapa saja selain penjaga makam yang diperbolehkan masuk ke dalam makam?
Siapa pun boleh kalau mendapatkan izin dari pihak Kerajaan. Biasanya, mereka itu tamu-tamu negara. Misalnya, presiden Indonesia.

Bisa Anda gambarkan bagaimana kondisi makam Rasul saat ini?
Dulu makam Rasulullah tidak di dalam masjid, tetapi di rumah Aisyah. Makam Rasul seperti halnya makam-makam di Baqi', berupa gundukan tanah setinggi kira-kira dua jengkal. Saat itu banyak kotoran hewan dan manusia di sekitar makam, maka Khalifah Abdul Malik ibnu Marwan dengan persetujuan ulama memasukkan makam itu ke dalam Masjid Nabawi. Kemudian, pada zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz dibangun tembok sekitar makam. Di dalamnya ada makam Rasul, Abu Bakar, dan Umar. Di sebelah makam Rasul, ada makam Abu Bakar yang agak ke bawah, kira-kira kepala beliau di bagian pinggang Nabi, dan makam Umar lebih ke bawah lagi.
Kita tidak tahu persis di arah mana makam Nabi karena temboknya berbentuk segitiga dan sangat tinggi, sekitar 5 meter. Satu-satunya celah untuk melihat makam secara langsung yaitu dari atap kubah hijau. Tetapi, untuk naik ke sana tidak ada jalan. Perlindungan semacam ini untuk menghindari penyembahan terhadap Nabi. Rasulullah SAW sendiri pernah berdoa, ''Ya Allah jangan jadikan kuburku sebagai tempat beribadah.'' Jadi, sudah jelas bahwa Rasulullah melarang kita beribadah di makam beliau.

Apa upaya yang dilakukan Kerajaan untuk menjamin keamanan makam?
Pengamanan sangat ketat dalam 24 jam. Ada pasukan khusus untuk menjaga makam dan Masjid Nabawi. Kita tidak ingin ada upaya pencurian jasad Nabi seperti yang pernah terjadi sekitar abad ke-8 Hijriah silam. Seorang Yahudi membuat lubang di sebuah rumah sewaan di sekitar Masjid Nabawi untuk mengambil jasad Rasulullah SAW. Dalam cerita itu, ada seorang wali Allah di Madinah yang bermimpi didatangi Rasulullah dan diberi tahu ada orang di dalam lubang mau membawa jasadnya. Begitu dia bangun, diceritakan mimpi itu. Setelah dicari, akhirnya ditemukan. Penggalian lubang sudah dekat dengan jasad Nabi. Pelakunya kemudian ditangkap dan dihukum mati.

Pengalaman apa yang paling berkesan selama 51 tahun Anda berkhidmat di makam Nabi?
Banyak sekali hal yang membuat saya semangat dan bahagia. Saya selalu mempelajari sejarah dan riwayat hidup Rasulullah SAW. Kegiatan saya yang lain membersihkan area sekitar makam dan memberi wangi-wangian. Kadang-kadang saya menangis karena ada sesuatu yang sebelumnya tidak saya pikirkan, tiba-tiba saya merasa bahagia. Saya begitu bangga diberikan kesempatan seperti ini. Semakin lama bertugas sebagai  khadim makam Rasul, semakin saya merasakan iman saya bertambah, hati semakin tenang, dimuliakan oleh raja Kerajaan Saudi, juga raja-raja dari negeri Islam di mana-mana. Saya pernah diundang oleh Raja Maroko. Raja Maroko itu masih keturunan  ahlul bait juga. Kalau beliau berkunjung ke Madinah pasti menemui saya.

Pernah bermimpi bertemu dengan Rasul?
Untuk bermimpi bertemu dengan rasul tidak harus menjadi penjaga makam beliau. Siapa pun yang mendekatkan diri kepada Allah dan banyak membaca shalawat kepada nabi Muhammad SAW, Allah akan memberikan kemuliaan kepadanya. Mimpi bertemu dengan Nabi SAW merupakan suatu kebanggaan dan pengalaman yang luar biasa. Itu bagian dari manisnya iman. Di akhirat nanti pun, orang-orang yang mendapatkan syafaat dari Nabi adalah mereka yang selalu bershalawat kepadanya.

Di Indonesia beredar selebaran maupun pesan lewat telepon seluler yang bertuliskan dari seorang penjaga makam Rasul bermimpi bertemu Nabi SAW. Ada peringatan, bagi yang menerimanya wajib menyebarkan kepada masyarakat. Kalau tidak ia akan celaka. Benarkah itu dari penjaga makam Rasul?
Itu bohong dan dosa besar orang yang melakukannya. Kejadian serupa pernah berlangsung di Madinah puluhan tahun silam. Di Madinah sendiri banyak orang yang percaya itu. Kalau Anda mendapatkan selebaran itu, disobek-sobek saja. Tidak akan terjadi apa-apa. Tidak akan celaka, karena itu bohong. Di selebaran itu tertanda nama Syekh Ahmad. Sudah 51 tahun saya bertugas di makam Nabi dan saat ini menjadi kepala, tidak pernah ada penjaga makam yang bernama Ahmad. Saya yakin itu perbuatan musuh-musuh Islam. Mereka hendak merusak keimanan kita melalui penyebaran khurafat. Syekh Abu Bakar Jazairi, seorang ahli tafsir di Madinah, pernah mengatakan selebaran seperti itu dari musuh-musuh Islam yang sengaja disebarkan untuk merusak akidah umat. Bayangkan, apa yang terjadi jika praktik-praktik syirik merebak di Makkah dan Madinah. Kalau kita percaya selebaran itu, umat Islam dari seluruh dunia jauh-jauh datang ke tanah suci hanya akan tertular perbuatan syirik. Mengenai syirik, bukankah banyak pengunjung makam yang melemparkan kertas ke area makam memohon sesuatu dari Rasul?
Memang banyak yang melakukan hal itu. Setelah mereka pergi, kertas-kertas itu saya sapu dan saya buang ke tempat sampah.

Apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan oleh para peziarah?
Sebaiknya yang berziarah ke makam Nabi SAW mengucapkan  Assalamualaika ayyuhannabiyyu warahmatullahi wabarakatuh. Lebih baik lagi kalau lebih dari itu, misalnya, ''Aku bersaksi engkau ya Rasulullah adalah utusan Allah SWT yang sudah menyampaikan seluruh amanat yang diberikan oleh Allah SWT untuk menyempurnakan Islam. Engkau sudah memberikan petunjuk kepada kami menuju jalan yang lurus. Mudah-mudahan Allah memberikan pahala yang sangat luas.'' Kita ucapkan itu dengan penuh hormat dan tidak mengeraskan suara. Setelah itu, hendaknya mengucapkan salam kepada Abu Bakar As-Siddiq, kemudian kepada Umar bin Khathab, dan mendoakan mereka. Selanjutnya, kita berdoa menghadap ke kiblat, bukan ke kuburan. Doa itu haknya Allah. Oleh karena itu, kita kembali kepada Allah SWT dan memohon kepada-Nya. Tidak usah meratap di pagar makam. Pagar-pagar itu baru, tidak pernah disentuh Nabi, jadi tidak bertuah apa-apa. Kecuali jika benda-benda yang pernah dimiliki Rasulullah SAW, seperti bajunya, pedangnya, sisirnya, dan rambutnya. Ada riwayat bahwa dahulu para sahabat bertawasul dengan rambut Rasulullah untuk mengobati orang sakit. Dengan izin Allah bisa sembuh. Ini memang wajar, karena ada keberkahan dari Rasulullah SAW. Tetapi, untuk pagar makam tidak ada berkah.

Apakah Anda mengamati bagaimana perilaku peziarah dari Indonesia?
Umat muslim Indonesia dikenal di Madinah sebagai jamaah yang paling lembut dan mudah diatur. Kami paling senang kalau menerima jamaah haji asal Indonesia. Kalau jamaah dari negara lain banyak menimbulkan masalah. Jamaah Indonesia membawa kemuliaan, membawa nama baik bagi bangsanya. Kami berdoa semoga Allah SWT menjadikan Indonesia negeri yang aman, tenang, dan dianugerahi pemimpin yang bertakwa agar dia bisa membawa amanat Allah dan rakyatnya. Yang penting untuk diperhatikan ketika berziarah ke makam Rasul adalah tidak bersikap berlebih-lebihan. Tidak meratap dan menangis di depan kuburan, tetapi ketika shalat malah biasa-biasa saja. Kita tidak boleh memohon kepada Rasulullah, kecuali kalau beliau masih hidup.

Apa kegiatan Anda selama di Indonesia?
Saya tiba di sini (Jakarta--Red) pada hari Ahad, 26 Juli 2009. Insya Allah sampai tanggal 10 atau 11 Agustus mendatang. Kegiatan selama di Jakarta sudah diatur oleh pihak panitia penyelenggara di Masjid Agung Sunda Kelapa. Pada malam Jumat ba'da Magrib, ada pengajian rutin. Pada kesempatan tersebut saya yang mengisi pengajian, berdialog dengan jamaah. Nanti, ada penerjemahnya. Pada Jumat, 31 Juli 2009, saya berdialog dengan jamaah di Masjid At-Tin. Kemudian pada Ahadnya, saya mengisi kuliah Dhuha setelah melakukan iktikaf bersama. Selama di sini, penyambutannya luar biasa. Kami sangat dihormati. Terima kasih.

By Republika Contributor
Senin, 03 Agustus 2009 pukul 12:06:00

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan baik